Rabu, 26 Mei 2010

Jojo - Too Little Too Late

Come with me
Stay the night
Just say the words but boy it don't feel right
What do ya expect me to say (You know it's just too little too late)


You take my hand
And you say you've changed
But boy you know your begging don't fool me
Because to you it's just a game (You know it's just too little too late)
So let me go now
'Cause time has made me strong
I'm starting to move on
I'm gonna say this now
Your chance has come and gone
And you know...


It's just too little too late
A little too long
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You're just a good chase
So be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)


Yeah yeaaahhh...
It's just too little too late...
Mhmmm


I was young
And in love
I gave you everything
But it wasn't enough
And now you wanna communicate (You know it's just too little too late)
Go find someone else
And letting you go
I'm loving myself
You got a problem
But don't come asking me for help
'Cause you know...


It's just too little too late
A little too long
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You're just a good chase
So be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)


I can love with all of my heart, baby
I know I have so much to give (I have so much to give)
With a player like you I don't have a prayer
That's the way to live
Ohhhh... mmm nooo
It's just too little too late
Yeaahhhh...


It's just too little too late
A little too long
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You're just a good chase
So be realIt doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
You know it's just too little too late


powered by lirik lagu indonesia

Five For Fighting - Superman


I can’t stand to fly
I’m not that naive
I’m just out to find
The better part of me

I’m more than a bird...I’m more than a plane
More than some pretty face beside a train
It’s not easy to be me

Wish that I could cry
Fall upon my knees
Find a way to lie
About a home I’ll never see

It may sound absurd...but don’t be naive
Even heroes have the right to bleed
I may be disturbed...but won’t you concede
Even heroes have the right to dream
It’s not easy to be me

Up, up and away...away from me
It’s all right...you can all sleep sound tonight
I’m not crazy...or anything...

I can’t stand to fly
I’m not that naive
Men weren’t meant to ride
With clouds between their knees

I’m only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me
Inside of me
Inside me
Yeah, inside me
Inside of me

I’m only a man
In a funny red sheet
I’m only a man
Looking for a dream

I’m only a man
In a funny red sheet
And it’s not easy, hmmm, hmmm, hmmm...

Its not easy to be me


powered by lirik lagu indonesia

Rabu, 19 Mei 2010

my little wish

Tuhan, rasanya banyak beban yang lagi saya bawa-bawa beberapa hari ini. Sebenernya saya juga ga tau, apa penyebabnya belakangan ini saya jadi kurang senyum dan lebih pengen sendirian terus. Saya sedih, Tuhan, tapi saya ga tau apa yang bikin saya sedih. Rasanya saya pengen nangis aja, sendirian..

Tuhan, saya cuma ingin dia punya waktu sedikit aja buat saya. Dia emang lagi sibuk, dan saya tau saya egois kalo saya nuntut dia harus ada di samping saya sekarang hanya untuk tempat saya bersandar sebentar. Harusnya saya hanya menjadikan Kau sebagai sandaran dan tumpuan hidup, tapi saya ga bisa membohongi hati saya kalo saya juga membutuhkan kehadiran dia.

Saya percaya, Engkau Mahatahu dan Maha Mengerti apa yang sedang saya hadapi dan rasakan saat ini. Saya mohon Tuhan menguatkan hati saya agar ga cengeng, melihat permasalahan dari sudut pandang lain secara logis, dan ajarlah saya untuk lebih mensyukuri apa yang telah saya dapatkan, bukan menyesali apa yang tidak saya miliki.


Tuhan..Tuhan..Tuhan, saya butuh bimbingan dan arahanMu. Tolong, Tuhan...

Senin, 17 Mei 2010

Suddenly, I Got This (Sweet, but Weird) Feeling..

Udah hampir seminggu gue "ditinggal" sama seseorang yang (menurut gue) romantis setengah mati. Udah berminggu-minggu gue dikasih segunung tugas sama para dosen (ohh, betapa cintanya mereka pada mahasiswa-mahasiswanya sampe rela-nan-tega bikin kami semua "gepeng"). Dan itu artinya, udah beberapa hari terakhir ini gue kesel dan uring-uringan tingkat tinggi. Almost EVERYDAY! BAH!!

Sekarang, tepat saat gue ngetik postingan ini, sebenernya udah 1 jam lewat batas yang dijanjikan si pemuda romantis-setengah-mati untuk meninggalkan putri-cantik-yang merana karena cintaaaaaa. Kalo kata Ello sih "pergi tuk kembali" (mulai ga waras nih gue). Hahh, kalo saja aku tak ingat tata krama, sudah ku telpon-telpon saja hapemu sampe ringrone-nya soak. Bodo amat deh! Masalahnya, aku takut sama bokapmu yang sedang meminjam handphone anaknya yang ganteng. Iya kan? :p

Seminggu ini emang banyak kerjaan, banyak konflik sama temen di kampus, banyak hal-hal yang terjadi deh! (saking ga inget apa lagi yang udah dialamin...) Tapi, "sayang engkau tak duduk di sampingku, Kawan!"

Akhirnya, hari Sabtu kemaren (15 Mei 2010), gue memutuskan untuk berangkat ke Gramedia pada pukul 1 siang (walaupun awalnya sangat memaksakan diri beringsut dari kasur, ngesot-ngesot, sampe akhirnya masuk kamar mandi). Tapi kan bayangan Farida Susanty dan Andhita yang memenuhi kepala saya, yahh..sedikit banyak menumbuhkan semangat di hati sahabat tercinta mereka ini. ;)

Ternyata, walaupun udah menghabiskan malam minggu bersama para gadis-gadis bertopeng kupu-kupu hitam, mood gue ga membaik secepat dan setotal yang gue pikir. Bahkan berlangsung sampe paginya. Tepatnya, malah makin bete. Jadi, seharian gue baca novel di kasur sampe jam 12 siang, baru abis itu nyalain laptop buat mulai ngerjain tugas (yang pada akhirnya jadi dengerin mp3 sambil internetan. My bad...)

Ga gue sangka-sangka, ternyata waktu gue ngeliat homepage Facebook, ada notification kalo satu temen SMA gue (cowok) nge-comment statusnya sendiri. Emang sih, sehari sebelumnya gue sempet comment statusnya. Intinya gini, dia merasa kalo ternyata dia manusia biasa yang ga bisa selalu tersenyum sama semua orang. Gue tau, dia emang orangnya baik banget sama semua orang. Kelewat baik malah, sampe-sampe gue terharu dan...ehem, suka sama sikap baiknya. Apalagi kalo liat senyumnya itu lhoo, kagak nahaaaaaaann *lumer*
Comment gue sebenernya pengen banget nyemangatin dia supaya bisa tersenyum kembali (kayak judul lagu deh..), soalnya gue inget banget waktu terakhir ketemu dia di reuni SMA. Waktu itu dia semangat banget, ga bisa diem blingsatan sana-sini padahal temen-temennya udah pada capek (gue sih nggak). Pas kita foto-foto, sebuah keajaiban terjadi. Dia..senyumnya...lebar banget. Dalam arti sebenarnya, emang lebar banget! Tapi ga berarti jelek kok, justru pas gue liat senyumnya itu...wahh, susah diceritain deh. Pokoknya, dia punya senyum lebar paling indah yang pernah gue liat di dunia, dengan deretan giginya yang putih dan rapi (yang bikin gue ngiri setengah mati pengen punya gigi kayak dia. makasih ya). Belom lagi lesung pipitnya ituuuu, ooooohh...*pingsan*

Balik lagi soal Facebook, entah kenapa tiba-tiba gue langsung sumringah sendiri. Pernah ngerasa aneh ga sih di saat kita lagi kesel + uring-uringan selama beberapa hali belakangan dan sama sekali ga ada orang yang menghibur, tapi tiba-tiba langsung ngerasa bahagia-sumringah cuma gara-gara menghibur dan menyemangati seseorang yang berbeda jenis kelamin dan selama ini kita anggap cuma temen doang yang lagi putus asa dan ga bisa senyum? Beneran aneh banget. Kira-kira artinya apa ya? Gue ga tau kenapa.

Oke, gue bukannya ga tau kenapa. Gue merinding aja ngebayangin yang nggak-nggak soal perasaan sepele gue. Masa sih gue selingkuh? Ya ampun Tuhan, saya tau yang namamnya selingkuh itu ga baik dan tak membawa bahagia (judul lagu lagi). Ampun Tuhaaaan...

Tapi gue emang merasa lebih baik setelah nyemangatin dia dan ngebaca balesan comment dari dia yang selalu khas bikin gue ketawa diledekin dia (diledekin kok seneng? kacau nih, beneran udah ga waras kayaknya...). Atau mungkin karena bertepatan sama batas akhir gue ditinggal kali ya, jadi pengaruhnya dobel. Hmm, bisa jadi...

Penutup
Kesimpulan: Gue ga suka sama yang namanya selingkuh kok (apa lagi diselingkuhin!), tapi ga menutup kemungkinan kan kalo tiba-tiba gue cengar-cengir kegirangan sendiri kalo ada cowok yang bersikap baik sama gue? Lagian kan gue emang ga tega kalo orang yang baik sama gue lagi down dan gue do nothing. People do change, but still, nobody's perfect...
Saran: Hei pemuda, jangan tinggalin gue sendirian tanpa kabar selama seminggu doooong. Kalo 2-3 hari sih masih kuat, lhaa kalo lebih dari itu mana tahan! Ntar kalo gue kesamber setan ganteng gimana coba? Kan repoooooot...:p

Jumat, 14 Mei 2010

curhat panjanglebar - untuk pertama kalinya (atau mungkin kesekian kalinya?) saya kecewa dengan orang-orang di sekitar saya :'(

Entah kenapa rasanya sulit banget buat gue ngomong mengungkapkan pikiran, pandangan, atau perasaan gue ke orang lain. Gue masih nyari jawabannya, dari dulu sampe sekarang, masih belom ketemu juga apa alasan dan penyebabnya. Mungkin banyak orang yang berpendapat kalo sikap gue pengecut, payah, memble, dll. Yaaaah, terserah apa kata orang deh ya, tapi sekarang coba tanya diri masing-masing aja deh, bisa ga kita mengungkapkan semua yang ada dalam diri kita dengan mudah dan lancar kayak air mengalir? Kalo pun bisa, coba introspeksi lagi; apa bener hal itu yang bener-bener pengen kita sampaikan dan kita pengen orang lain untuk tau dan melakukan sesuatu buat kita? Hmm, kalo dari diri gue sendiri sih, selama ini gue cuma mendem terus diem deh. Kalo udah begitu, jadi kayak patung (apa zombie?) dan ga ada yang ngajak ngomong deh. Sejahat itukah? Ga juga sih, tapi sekarang dipikir aja. Mana ada orang repot-repot nanyain orang yang lagi diem aja, ngapain juga coba? Zzzzzz...-_-"a

Setelah gue pikir-pikir lagi, gue bukan pengecut kok. Gue berani mengemukakan apa pikiran, pandangan, dan perasaan gue sendiri, meskipun caranya bukan langsung alias "face to face." Gue merasa lebih nyaman aja buat nulis surat (walaupun males setengah mati) atau ngetik di blog (ya kayak sekarang ini nih), soalnya gue tetep bisa "buang beban" sekaligus dapet respon tertunda dari orang yang bersangkutan atau dapet solusi secara perlahan. Nah, berhubung opening-nya udah kepanjangan (dan takutnya malah jadi ngalor-ngidul), let's talk about the story. And the story goes...

Question: "Kenapa sih, kok kayaknya gue ga bisa kayak orang lain. Maksudnya, kenapa gue pacaran tapi ga bisa kayak cerita-cerita pacarannya orang-orang kebanyakan yang simple-simple aja, ga banyak hambatan, bahkan ga ada urusannya sama yang namanya orang tua ga setuju, iya kan?"

Beberapa hari ini pertanyaan itu selalu aja melintas lagi-lagi-dan lagi, entah untuk keberapa kalinya, apalagi setiap gue ngeliat orang-orang di jalan dan di kampus atau pasangan selebritis (yang pacaran, bukan yang udah nikah) di infotaiment. Mereka kelihatannya seneng-seneng aja tuh sama cerita cinta mereka, bahkan kalo orang tuanya udah setuju sama hubungan mereka. Sampe ngiri banget gue ngeliatnya.

Gue selalu ngerasa miris kalo inget sama orang tua sendiri. Bukan berarti gue ga menghormati orang tua (gue tetep masih inget sama surga, neraka, dan kualat kok!), tapi kadang gue kecewa aja sama sikap mereka yang seakan-akan ga setuju sama apa yang gue pilih.

Kita ga usah ngomongin masa lalu ya, apa yang terhadi sekarang aja. Jadi sekarang ini ceritanya gue lagi deket sama seseorang. Laki-laki. Gue takut banget mau cerita sama orang-orang rumah, ga bakal gue ceritain sekarang soalnya di akhir cerita bakal ketauan sendiri alesannya gue ga berani ngomong.

Pada awalnya gue cuma cerita sama sahabat dan beberapa temen gue aja, minta pendapat atau wejangan lainnya yang belom bisa gue dapetin dari keluarga gue. Lama-lama, gue ga bisa terus-terusan ga cerita sama keluarga, apalagi sama ibu (berhubung gue adalah orang yang sangat kikuk dan gampang ketauan kalo lagi mendem sesuatu). Nah, akhirnya gue memberanikan diri untuk bilang sama ibu (setelah sebelumnya udah ketauan duluan dan ditanyain ke gue. See?) kalo gue lagi deket sama dia. Terus ibu nanya: "Muslim ya? Orang Sunda?" Dan disinilah bagian konfliknya.

Gue ga bermaksud nyinggung-nyinggung agama atau suku tertentu. Gue juga yakin ibu ga punya maksud yang jelek juga, tapi sampe sekarang gue juga masih ga tau kenapa responnya begitu. Ga lama, bapak akhirnya juga tau gara-gara gue ngajak dia ke rumah. Gue pikir emang begitu seharusnya, ibu pernah bilang kalo pacar harus diajak ke rumah biar pada tau orangnya. Tapi yang ada rasanya malah tambah runyam; ga ada satu pun orang rumah yang ngajak ngobrol, bahkan ngajak kenaln pun nggak! Apa sih maksudnya? Ga suka? Pengen cepet-cepet orangnya pulang alias "pengusiran terselubung"? Siapapun kalo digituin pasti ngerasa ga enak dan pasti langsung pamit pulang kan? Aduh aduuuuuuuuh...-_-"

Jadi, waktu tiba-tiba gue bilang sama ibu kalo udah putus, responnya begini: "Putus? Emangnya kemaren udah pacaran?"
For God sake, gue ngerti kalo ibu suka banget bercanda. Tapi buat yang ini gue ga pengen bercanda. Gue ngomong serius dan tanggapannya begitu, makin males dan kecewa aja sama sikap orang rumah. Bahkan bapak, yang tadinya iya-iya aja, akhirnya juga nanya hal yang sama (soal keyakinan) dan bilang kalo bisa seagama aja. Waduh, lagi-lagi soal itu, ga ada yang lebih penting apa ya? Oke, hal itu emang penting, tapi menurut gue ada hal yang jauh lebih penting daripada cuma ngomongin agama, suku, atau hal-hal beda lainnya dibandingin sama hal-hal yang gue punya.

Gue lahir ke dunia ga milih untuk jadi orang Jawa, atau beragama Katolik, atau dari status ekonomi menengah. Gue bahkan ga milih siapa yang jadi orang tua gue, gue juga ga milih mau dilahirkan apa nggak. Semua terjadi gitu aja kan, jadi buat apa dipermasalahkan?

Gue percaya, di dunia ini cuma ada orang jahat dan orang baik. Selain itu, ga ada perbedaan di antara manusia (inget film "My Name Is Khan"?). Gue suka sama perbedaan. Gue sangat menghargai apapun agama dan suku seseorang. Gue yakin, ga ada agama yang ngajarin kejahatan atau keburukan pada penganutnya. Mungkin ada beberapa tradisi suku tertentu yang kadang "nyeremin" atau gue ga suka, tapi bukan berarti gue menjelek-jelekan tradisi itu. Buat gue, justru hal itu jadi salah satu ciri khasnya.

Mungkin gara-gara saking gue membuka diri pada keragaman, bapak sama ibu takut kalo gue bakal terpengaruh atau "keseret-seret" masuk ke kelompok tertentu, terutama soal agama. Mungkin mereka punya sejuta atau semilyar pertimbangan mengenai diri gue, sebagai anak mereka. Gue ga bilang suatu tradisi suku atau agama ajarannya paling sempurna. Gue tau kok beberapa tradisi suku dan ajaran agama tertentu, dan menurut gue baik-baik aja. Yang sering jadi permasalahan tuh di bagian penghayatan masing-masing orang, iya ga? Gue ga bilang agama gue sempurna, ada beberapa ajaran yang gue ga suka. Tapi hal itu ga berarti gue bakal pindah agama atau jadi ateis. Gue nyaman kok dengan agama gue sekarang, demikian juga soal suku.

Sebenernya, gue ga suka dengan persamaan atau perbedaan yang terlalu banyak. Kalo orang berpendapat "Pacaran ato nikah sama yang 'sama', kalo nggak ntar banyak berantem lho," mungkin ada benernya. Tapi dari sudut pandang gue, kesamaan ga bisa jadi jaminan jangka waktu berjalannya hubungan. Emang dalam agama gue ga boleh cerai, kecuali oleh kematian. Gue suka kok sama ajaran itu, "sepasang untuk seumur hidup," tapi apa terus artinya di agama yang memperbolehkan cerai orang bakal seenaknya menyalahgunakan ajaran? Gue emang belom kenal betul tentang orang ini sama seperti keluarga gue. Kenapa kita ga sama-sama nyoba mengenalnya sih, daripada bersikap sinis yang ga jelas?
Kali ini gue sakit hati beneran....

Satu gambaran yang cukup jelas adalah kehidupan orang tua gue. Hidup bersama 22 tahun, 3 anak, beragama sama dan ga boleh cerai, ternyata ga jadi jaminan hidup jadi lancar-lancar aja. Jujur keluarga gue bukan keluarga sempurna. Hidup yang terlalu mulus tanpa hambatan dan konflik bersama pasangan udah pasti membosankan setengah mati, tapi kalo kebanyakan ribut gara-gara beda pendapat dan persepsi juga ga enak kan? Itulah yang terjadi; buat apa sama keyakinan kalo ujungnya ga bisa saling memahami dan ngomong hati-ke-hati buat nyari solusi bersama? Hal ini yang sejauh ini gue dapet dari dia; kami bisa saling ngerti dan saling menghormati, kami bisa mengatasi konflik secara baik-baik, bukan sampe musuhan berhari-hari atau berminggu-minggu. I know people do change, tapi seenggaknya kita bisa saling mengingatkan dan mendengar saran pasangan yang sekiranya baik buat diri kita.

Kritik-kritik "tajam" juga muncul dari beberapa temen yang seakan-akan bilang kalo gue segitu gobloknya berhubungan sama orang itu, sementara sahabat gue cuma bilang "Sabar ya Fin..."

Ada satu temen yang bilang "Sebisa mungkin kita mesti ngejaga biar pacar image-nya baik di mata temen." Gue sekarang berusaha supaya dia terlihat baik di depan temen-temen dan keluarga gue, dan sebisa mungkin keluarga dan temen-temen gue juga baik di mata dia. Entah apakah emang seharusnya kayak gini atau nantinya bakal nyakitin gue juga, gue ga tau.

Atau, jangan-jangan permasalahannya adalah gue dan keluarga sama-sama ga menyamakan persepsi? Saluran komunikasi yang seolah-olah tertutup? Hmm, bisa jadi. Sampe sekarang keluarga belom ada yang tau kalo gue masih (dan pengen tetep) jalin komunikasi sama dia. Gue bener-bener ga peduli omongan "nyelekit" yang selalu dilontarkan bapak-ibu, kakak-ade, tante-tante, sepupu-sepupu dan temen-temen gue lagi. Ucapan-ucapan mereka udah terlanjur bikin gue sakit hati, tersinggung dan kecewa berat. Gue ga pernah punya kesempatan buat mengambil sikap, dan sekarang gue memaksakan diri untuk mengambil sikap, dengan atau tanpa persetujuan mereka.

Maaf ya, bapak-ibu. Untuk sekali ini aja, biar aku ngambil jalan aku sendiri dan meyakini apa yang aku percaya.